Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label wonotunggal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wonotunggal. Tampilkan semua postingan

Sedekah Bumi Desa Silurah

Desa Silurah selain memiliki peninggalan Benda Cagar Budaya berupa Arca Ganesha, Yoni, Arca Siwa, dan lainnya ternyata memiliki ritual rutin sejenis sedekah bumi. Pada bulan Suro desa ini akan menyembelih satu ekor kerbau putih (kebo bule). Bagian badan dari kerbau akan dibagikan kepada warga desa sedangkan kepala kerbau akan ditaruh di tempat dekat gapuro desa, tepatnya dibawah bebambuan yang memiliki misteri yaitu dapat membiaskan cahaya matahari sehingga cahaya sekitar bambu akan menjadi kuning. Ada teori yang menyebutkan bahwa pembiasan terjadi karena adanya mineral yang terkandung di pepohonan sekitar.

Gapuro Desa Silurah

Pepunden untuk menaruh kepala kerbau

Kawasan Pertapan Bahurekso dan Sulamjono

Kawasan Pertapan Pangeran Bahurekso dan Raden Sulamjono
Di Banyuwerno, desa Wates, kecamatan Wonotunggal terdapat kawasan yang pernah digunakan untuk pertapaan Pangeran Bahurekso dan Raden Sulamjono. Tokoh yang bernama Pangeran Bahurekso ini cukup terkenal dengan kisah legenda di Kabupaten Batang.

Pengeran Bahurekso atau dikenal Ki Bahurekso adalah panglima perang Mataram Islam. Pada abad ke 17 setelah berhasil membuka Alas Roban dan membuat bendungan di Sungai Lojahan, Ki Bahurekso kembali diperintah oleh Sultan Agung Mataram untuk menjemput Dewi Rantan Sari di desa Kalisalak. Dewi Rantan Sari akan diperistri oleh Sultan Agung.

Saat melakukan penjemputan di desa Kalisalak ternyata Dewi Rantan Sari lebih suka kepada Ki Bahurekso, begitu juga Ki Bahurekso suka kepada Dewi Rantan Sari. Dewi Rantan Sari mengancam bunuh diri jika dirinya dibawa menemui Sultan Agung. Akhirnya Ki Bahurekso membawanya kesebuah tempat yang bernama Banyuwerno desa Wates. Konon tempat ini pernah ada goanya namun hingga kini belum ditemukan keberadaannya.

Dewu Rantan Sari mencari air dan menemukan sumber air yang berwarna. Kemudian dia mengambil untuk digunakan membersihkan beras. Akan tetapi berasnya tidak dapat matang saat dimasak. Beras itu kemudian dibuang dan berubah menjadi batu. Atas kejadian itu Dewi Rantan Sari memberitahu Ki Bahurekso. Ki Bahurekso kemudian mandi di belik tersebut dan mendapatkan kekuatan. Mulai kejadian itu Ki Bahurekso menyebut mata air itu Belik Banyuwerno.

Hingga kini dipercaya jika seseorang melihat air yang ada di penampungan Belik Banyuwerno berwarna, maka akan mendapatkan rezeki dalam bentuk keselamatan maupun lainnya.

Belik Banyuwerno

Belik Banyuwerno

Batu Beras.
Raden Sulamjono adalah putra dari Ki Bahurekso dan Dewi Rantan Sari. Raden Sulanjono memiliki kisah asmara dengan Sulasih dari Kalisalak. Namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Bahureksa. Akhirnya Raden Sulamjono bertapa di Banyuwerno, dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung  melalui alam gaib.

Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantansari atau ibu dari Raden Sulanjono yang memasukkan roh bidadari ketubuh Sulasih. Pada saat itu pula Raden Sulanjono yanng sedang bertapa ditemui oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan antara Sulasih dengan Raden Sulanjono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren Sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci atau ( perawan ).

Hingga kini setiap tanggal 11 Mulud diadakan khoul di Kawasan Pertapan Pangeran Bahurekso dan Raden Sulamjono.

Tempat Pertapan Raden Sulamjono

Batu yang Digunakan Raden Sulamjono Bertapa

Tempat Pertapan Raden Sulamjono

Bangunan adalah petilasan Rumah Bahurekso

Pengurus Kawasan Pertapan

Referensi Kisah : http://sulanjono.blogspot.com

Karivarada (Watu Gajah) Brokoh Wonotunggal


Karivarada (Watu Gajah) di desa Brokoh kecamatan Wonotunggal ini terletak di koordinat ( , ). Terdapat Batu Gajah, Yoni, dan Arca Dwarapala. Batu gajah yang ada merupakan gaya pasemah dari masa peralihan prasejarah ke Hindu-Budha. Karivarada sangat jarang dijumpai di Indonesia. Bahkan ada yang menyebutnya hanya ada di Batang dan Negara India. Namun menurut diskusi pada saat kegiatan Temu Pusaka Indonesia 2014, ternyata cagar budaya ini juga ditemukan di daerah Sumatera. Berdasarkan bentuknya, cagar budaya ini masih terpengaruh India. Dan pengaruh India ternyata masih bisa banyak ditemukan di Batang seperti Ganesha Pejanten, dan Ganesha Silurah yang umurnya lebih muda dari Ganesha Pejanten.

Kuncup Cagar Budaya
Yoni

Batu Gajah dari kanan. Arca Megalitik Gaya Pasemah yang menunjukkan orang sedang berburu dengan menunggang gajah. Kepala arca hilang. Pada teknik pemahatan terdapat lobang pengunci untuk menyambung kepala yang hilang. Teknik ini digunakan dalam pembangunan candi pada masa peralihan pada masa Prasejarah ke masa Hindu-Budha

Batu Gajah dari kiri
Arca Dwarapala

Parade 1001 Bunga, HUT Batang Ke 47

Dalam memperingati HUT Administratif Kabupaten Batang ke 47 yang jatuh pada tanggal 8 April 2013, masyarakat Kabupaten Batang memperingatinya dengan mengadakan parade keliling kota Batang. Parade yang dilaksanakan pada hari Kamis, 4 April 2013 ini mengambil tema "Parade 1001 Bunga. Tema ini sesuai dengan jargonnya Kabupaten Batang yaitu Berkembang (Bersih, Kencar-kencar, Eyub, Menuju Bebrayanan, Aman, dan Tenang) yang berasal dari kata dasar Kembang yang juga memiliki arti yang sama dengan kata Bunga.

Berkembang merupakan cita-cita para pejuang Kabupaten Batang yang menginginkan kembalinya wilayah Administratif Kabupaten Batang yang pernah bersatu dengan Kabupaten Pekalongan yang juga memekarkan daerahnya menjadi Kota Madya Pekalongan. Berkembang, dengan jargon itu diharapkan Batang menjadi pilot cita-cita Kabupaten Batang. 1001 Bunga menggambarkan 1001 cita-cita yang harus dicapai Kabupaten Batang.

Parade 1001 Bunga ini diikuti 76 peserta yang tergabung dari Instansi Pemerintahan, BUMD/BUMN, Sekolah, dan loyalis Komunitas di Kabupaten Batang. Setidaknya lebih dari 1001 personil yang unjuk busana bernuansa bunga dan menampilkan kebolehannya di Parade 1001 bunga ini. Antusias masyarakat di sepanjang rute parade dimulai dari Lapangan Dracik dan selesai di Alun-Alun Kabupaten Batang, menambah meriahnya Parade 1001 Bunga ini.

Trex | ...

Trex | Peserta dari SMK PGRI Batang

Trex | Peserta dari SMP N 1 Batang

Trex | Peserta dari SMK PGRI Batang

Trex | Peserta dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan

Trex | Peserta dari Kecamatan Kandeman

Trex | Peserta dari Kecamatan Kandeman

Trex | Peserta dari Kecamatan Kandeman

Trex | ...

Trex | ...

Trex | Peserta dari Kecamatan Banyuputih

Trex | Peserta dari Kecamatan Banyuputih

Trex | Peserta dari RSUD

Trex | Peserta dari SMA N 1 Batang

Trex | Peserta dari SMA N 1 Batang

Trex | Peserta dari SMA N 1 Batang

Trex | ...

Trex | Peserta dari Komunitas Sepeda Ontel

Trex | Peserta dari BUMD/BUMN

Trex | Peserta dari Komunitas Batang Berkebun

Trex | Peserta dari Komunitas Batang Berkebun

Trex | Peserta dari Komunitas Batang Berkebun

Trex | Yoyok Riyo Sudibyo (Bupati Batang)

Trex | ...

Trex | Peserta dari SMA N 2 Batang

Trex | Peserta dari SMA Bhakti Praja Batang

Trex | Peserta dari SMA Bhakti Praja Batang

Trex | Peserta dari Kecamatan Bandar

Trex | Peserta dari SMK N 1 Batang

Trex | Peserta dari SMK N 1 Batang

Trex | Peserta dari SMK N 1 Batang

Trex | ...

Trex | ...

Trex | ...

Trex | ...

Trex | Peserta dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

Trex | ...

Trex | ...

Trex | Peserta dari Kecamatan Bawang

Trex | Peserta dari Kecamatan Bawang

Trex | Peserta dari Kecamatan Bawang

Trex | Peserta dari Kecamatan Bawang

Trex | Peserta dari Kecamatan Bawang

Trex | Peserta dari Kecamatan Banyuputih

Trex | Peserta dari Kecamatan Banyuputih

 
Copyright © 2015 Jalan-Jalan Batang. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger