Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label ekspedisi2012. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekspedisi2012. Tampilkan semua postingan

Benda Cagar Budaya Pejanten Tersono

Di Penjanten Rejosari Barat kecamatan Tersono (koordinat -7.026108,109.952298) terdapat ganesha, patung sapi, lumpang batu besar, batu merah, batu gelang, bantalan, dan peninggalan lainnya. Letaknya di tengah pemukiman penduduk. Keadaannya sudah dilindungi namun untuk lumpang dan batu sapi masih diluar bangunan.

Batu ganesha pernah akan dicuri oleh gerombolan orang yang pernah mencoba menaikkan ganesha ke truk, namun aksinya diketahui warga dan dikembalikan di tempatnya. Benda – benda seperti ini perlu dijaga dan dilindungi karena merupakan aset yang dapat dijadikan bukti keberadaan kehidupan pada jamannya.


Arca Ganesha, Fragmen Batu Merah, Gelang, Bantalan, Relief Kalacakra

Lumpang dari atas

Lumpang dari samping

Arca Nandi

Batu berelief kalacakra

Gelang dan Bantalan

batu merah (Fragmen Bangunan)


Pantai Jodoh Gringsing

Di Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing (koordinat -6.922071,109.998699) terdapat pantai yang masih jernih, pantainya bersih dan pemandangannya indah. Di sekitar pantai terdapat perkebunan buah melon dan semangka milik warga setempat. Pantai ini bernama pantai Jodoh.

Pantai Jodoh

Pantai Jodoh

Tanaman Melon milik warga

Petani Sekitar

Goa Jepang Gringsing

Jalur Sakalputung, Plelen yang dikenal dengan Alas Roban memiliki sejuta misteri. Jalur yang merupakan saksi bisu kerja rodi masa penjajahan Belanda. Hingga kini banyak misteri yang tersimpan di Alas Roban hingga banyak orang menganggapnya angker. 

Dibalik kenyataan itu, ternyata Alas Roban menyimpan torehan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. (koordinat -6.978079,110.012138) Banyak peninggalan yang ada di daerah ini. Salah satunya adalah Goa Peninggalan Jepang di dukuh Bunderan desa Plelen kecamatan Gringsing. Selain Belanda membuka akses Jakarta sampai Surabaya yang melewati Alas Roban ini, Jepang diam-diam membuat persembunyian di balik bukit yang berada di sebelah selatan jalur yang dibuat Belanda. 

Goa yang dibangun Jepang ini memiliki karakteristik yang sama dengan goa yang ada di kecamatan Subah. Dari pengamatan Tim, goa Jepang dibuat lebih dari 10 mulut goa, biasanya hanya 1 yang benar-benar menjadi goa utama yang mampu menampung beberapa kendaraan tempur dan puluhan tentara. Sedangkan mulut goa lainnya hanya berkedalaman sekitar 5 hingga 20 meter yang berfungsi untuk mengelabuhi. 

Goa Jepang Alas Roban ini berjumlah 1 mulut goa buatan utama, 12 mulut goa buatan dengan kedalaman 5-20 meter, 1 mulut goa yang belum jadi dan 1 goa yang ada karna proses alam. Semuanya dahulu digunakan Jepang untuk bersembunyi. 

Pada goa utama dapat menampung sekitar 8 tank (kendaraan perang) pada saat itu. Kedalamannya lebih dari 30 meter. Belum ada yang mampu memetakan keadaan dalam goa karena keterbatasan SDM dan alat. 

Kondisi di beberapa goa memprihatinkan, banyak sampah non organik berserakan dan beberapa mulut goa mulai longsor karena terkikisnya tanah. 

Dahulu goa ini dibangun dengan menggunakan nyawa-nyawa bangsa Indonesia setempat. Namun saat ini tidak ada yang mau merawatnya dan memanfaatkan kembali. Harapannya tempat ini dimanfaatkan untuk kegiatan publik agar tidak sia-sia. Goa ini merupakan situs bersejarah keberadaan Jepang di Indonesia yang dapat menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia saat itu.

Goa Asli Bentukan Alam yang pernah dipakai untuk persembunyan

Goa Buatan yang berfungsi sebagai jebakan

Goa yang berfungsi sebagai jebakan dengan kedalaman 10 meter


Goa Utama kedalamannya lebih dari 30 meter, mampu menampung 8 tank tempur

Goa terlihat dari seberang sungai


Sungai yang pernah menjadi jalur tank


Goa Jepang Pantai Roban Subah

Di pantai Roban Subah, tepatnya di sekitar daerah Ngodek sungai Kaliurang perbatasan desa Sengon dan desa Gondang (koordinat -6.927598,109.85172) terdapat goa peninggalan Jepang. Menurut narasumber yang ditemui tim, goa ini dibangun pada tahun 1943 saat tentara Jepang sedang berebut kedudukan di Indonesia dengan Belanda. Jepang berlabuh di pantai Roban dan membuat persembunyian berupa goa. Pada saat pembuatannya bangsa Indonesia dikerja paksakan oleh Jepang. Goa ini dapat dimasuki tank dan beberapa kendaraan tempur lainnya. 

Pada tahun 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, pada waktu itu Jepang tidak serta merta menarik pasukkannya kembali ke Jepang. Jepang masih bersembunyi di goa sampai tahun 1948 saat kemerdekaan Indonesia telah diakui. Pada tahun 1948 Jepang menutup beberapa mulut goa menggunakan cor semen. 

 Kemudian warga sekitar bergantian menjaga goa agar tidak digunakan kembali oleh Belanda. Pada tahun tersebut warga masih mengenal bambu runcing yang konon memiliki kekuatan luar biasa yang dapat menghancurkan kayu sekali menyentuh ujung bambu runcing. 

Kemungkinan ada 15 lebih mulut goa yang tersusun 2 mulut goa 2 mulut goa berjajar. Mulut goa yang utama untuk keluar masuknya tank dan kendaraan tempur lainnya sudah tertutup longsor dan belum ditemukan. Hingga kini masih tersisa 9 mulut goa dengan keadaan sebagian telah tertutup longsoran. 

Di sekitar sungai juga masih ada bekas peninggalan jembatan namun telah dibangun kembali jembatan baru karena pada tahun 2004 terjadi banjir bandang yang menjadikan jembatan runtuh.


Aliran sungai di sekitar goa dari atas bukit
Goa yang longsor hingga tinggal 1/3 bagian

Goa berada di pinggir jalan proyek galian batu kali

Goa berada di kawasan perkebunan karet milik PT. Nusantara

Jembatan pernah runtuh

Ganesha Silurah Wonotunggal

Ganesha Silurah terletak di tengah hutan diantara bukit dan sungai kecil (koordinat -7.081569,109.757944). Untuk mencapai objek dari Silurah Wonotunggal harus melewati hutan pinus yang keadaan jalannya tidak terlelu bagus dan beberapa sangat sulit dijangkau sepeda motor biasa. Motor akan berhenti di tempat parkir yang cukup untuk parkir beberapa sepeda motor. Dari parkiran sepeda motor akan dilanjutkan jalan kaki sekitar 1 km. Sebenarnya tidak terlalu jauh akan tetapi medan terlalu curam dan licin sehingga akan terasa lama.

Jika telah mendekati sungai maka ganesha tidak jauh dari sungai itu.

Arca Ganesha


Arca Ganesha
Kawasan Ganesha
Fragmen Arca

Wadah Peripih

Yoni

Batu Bulat seperti bantalan

Arca Siwa

Prasasti Sojomerto

Di Sojomerto kecamatan Reban (koordinat -7.041425,109.89952) terdapat Benda Cagar Budaya berupa Prasasti, yang dikenal dengan prasasti Sojomerto. Prasasti ini berada di tengah kampung. Dahulu prasasti ini ditemukan di ladang. Ceritanya si pemilik tanah bermimpi disuruh membeli sebidang tanah dan disuruh mengelolanya. Saat menggemburkan tanah menggunakan cangkul terdapat batu besar mirip lempengan. Sepintas tak ada yang menarik dengan batu ini akan tetapi setelah dibersihkan ada tulisan dengan bahasa kuno. Batu ini memiliki daya mistik. 

Pernah ada 7 (tujuh) orang memindahkan ke kantor Kecamatan akan tetapi setelah dipindahkan, semua orang meinggal dunia. Akhirnya dikembalikan lagi oleh 4 (empat) orang tanpa ada masalah.

Prasasti Sojomerto


Informasi yang dikutip dari Wilwatikta Majapahit (Museum Online) :
Nama Prasasti : SOJOMERTO
Lokasi Penemuan :

Desa Sojomerto, Kecamatan Reban
Kabupaten Batang, JAWA-TENGAH

Bahan : Batuan Andesit

Ukuran : panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm
Era : Kerajaan MATARAM Kuno (Kerajaan Medang)
Tahun Penerbitan : Diperkirakan abad ke-7 Masehi
Aksara : JAWI (Jawa Kawi) dalam 11 Baris
Bahasa : Melayu Kuno

Isi dari Prasasti :

Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Salinan dalam Bahasa Aslinya :

1. … – ryayon çrî sata …
2. … _ â kotî
3. … namah ççîvaya
4. bhatâra parameçva
5. ra sarvva daiva ku samvah hiya
6. – mih inan –is-ânda dapû
7. nta selendra namah santanû
8. namânda bâpanda bhadravati
9. namanda ayanda sampûla
10. namanda vininda selendra namah
11. mamâgappâsar lempewângih

Terjemahan kedalam Bahasa Indonesia :

Karena beberapa aksaranya rusak terkikis usia, maka yang disampaikan disini adalah penfsirannya.
Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa
… dari yang mulia Dapunta Selendra
Santanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama istri dari yang mulia Selendra.

Yoni Silarum Tersono

Silarum adalah nama sebuah desa di kaki bukit yang ada di selatan Tersono. Silarum sekarang dipindahkan didekat desa yang berada dibawah karena kondisi bukitnya yang rentan longsor. Sampai sekarang bekas-bekas pondasi desa masih ada. 

Jauh dari bekas desa yang telah dpindahkan ini (koordinat -7.038082,109.95365), terdapat watu yang dikenal watu pengilon. Watu pengilon ini adalah sebuah yoni yang berada di tengah petak sawah yang airnya jernih, sehingga ketika siang hari seperti terpancar sinar menyerupai pengilon (cermin).

Yoni Pengilon di tengah sawah

Yoni Pengilon di tengah sawah

Tim ekspedisi juga menemukan yoni yang keberadaannya di tengah hutan. Yoni ini lebih rapi dibandingkan yoni yang ada ditengah sawah.

Yoni

Yoni

Prasasti dan Yoni Kepokoh

Di tengah sawah jalan menuju desa Kepokoh Blado (koordinat -7.07357,109.828916) terdapat benda cagar budaya yang bernama Kepokohan. Benda cagar budaya ini telah dilindungi oleh bangunan kuncup. Di dalamnya terdapat batu prasasti dan yoni. Akan tetapi tidak ada satu papan pun yang menandakan bahwa ini adalah benda cagar budaya. Semestinya papan menjadi penunjuk keberadaan benda cagar budaya ini, sehingga orang yang melintas tertarik untuk melihatnya.
Prasati di tengah sawah

Prasati Kepokoh
Prasasti Kepokoh
Lumpang dan Yoni


Arca Klenteng Sidomulyo Deles Bawang

Arca Klenteng

Ambang Pintu Atas yang relief kala nya hilang

Fragmen Bangunan

Yoni

Fragmen lengkung candi dan Segiempat


Di Dukuh Sidomulyo, Desa Deles, Kecamatan Bawang tepatnya di sebuah bukit di sebelah selatan perkampungan yang kini menjadi pemakaman warga sekitar (koordinat -7.120889,109.906671). Terdapat Yoni dengan kondisi mulai terkikis, Fragmen Ambang Pintu dengan kondisi bentuk relief kala yang telah hilang, sebuah fragmen segiempat, dan fragmen-fragmen batu.

Dahulu daerah ini akan dibangun komplek candi, akan tetapi saat jaman penyebaran Islam candi yang sedang dibangun dihancurkan oleh Kyai Dulgani Bromosari sebagai tokoh penyebar Islam. Hal ini dilakukannya dengan maksud memberhentikan aktifitas kegiatan Agama Budha di wilayah Bawang. Kemudian tempat yang dibangun candi berpindah di kawasan Dataran Tinggi Dieng.

Beberapa warga sekitar pernah melihat adanya aktifitas orang yang sedang melakukan sholat di atas Fragmen Segiempat. Akan tetapi setelah dilihat lagi menghilang. Karena penasaran dengan kegiatan tersebut akhirnya Sekretaris Desa Deles mencoba membawa kompas dan diletakkan di Fragmen Segiempat. Ternyata arahnya benar menuju ke arah kiblat. Sosok yang melakukan sholat diatas batu tersebut diyakini Kyai Dulgani Bromosari.

Lukman Hadi Lukito

Omah Tani Blado

Omah tani yang berdiri di daerah kecamatan Blado yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bandar tepatnya di jalan Bandar - Kembanglangit, merupakan salah satu bukti kekuatan yang hadir untuk memperjuangkan nasib petani daerah.

Jalan Masuk Ke Omah Tani Blado - Batang

Handoko Wibowo adalah sosok pelopor pergerakan petani daerah yang kotra dengan ketidak adilan yang menimpa petani - petani di Kabupaten Batang. Namun di lain sisi memperjuangkan nasib petani daerah, bangunan yang didirikan dengan nama Omah Tani memiliki keunikan. Jika boleh menyebutnya bangunan ini adalah rumah seninya petani daerah. Seorang seniman tidak akan menirukan karya orang lain, namun akan terus bekarya menghasilkan karya sendiri. Kemungkinan hasilnya boleh sama namun caranya akan selalu berbeda.

Bangunan Utama Omah Tanu

Kolam Depan Omah Tani

Lentera Tua Bernuansa Klasik Sebagai Hiasan Lorong Bangunan

Botol Bekas Yang Unik Sebagai Hiasan Lorong Bangunan

Potongan Kayu Yang Tersusun Menjadi Pagar Pintu Samping Rumah

Kolam Samping Bangunan Utama Dengan Potongan Batu Stalatif Mati Yang Berdiri di Tepian Kolam

Petani berkarya selama 3 bulan lamanya untuk menghasilkan panen yang dapat membawa kemakmuran bagi mereka. Cara yang dilakukannya dari mencangkul hingga panen berbeda-beda, inilah proses seni bagi para petani.

 
Copyright © 2015 Jalan-Jalan Batang. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger